Advertise

Terimakasih telah mengunjungi Blog kami

Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida Medan. Jln D.I.Panjaitan No.144, Telp. 061.4148722,4526225,4523376, Fax 4579443, Medan 20119

Terimkasih telah mengunjungi Blog kami

Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida Medan. Jln D.I.Panjaitan No.144, Telp. 061.4148722,4526225,4523376, Fax 4579443, Medan 20119

Terimakasih telah mengunjungi Blog kami

Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida Medan. Jln D.I.Panjaitan No.144, Telp. 061.4148722,4526225,4523376, Fax 4579443, Medan 20119.

Terimakasih telah mengunjungi Blog kami

Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida Medan. Jln D.I.Panjaitan No.144, Telp. 061.4148722,4526225,4523376, Fax 4579443, Medan 20119.

Terimakasih telah mengunjungi Blog kami

Rumah Sakit Khusus Ginjal Rasyida Medan. Jln D.I.Panjaitan No.144, Telp. 061.4148722,4526225,4523376, Fax 4579443, Medan 20119.

Rabu, 30 Mei 2012

OLAH RAGA PADA PENDERITA DIABETES TIPE 2

Oleh dr.Muhammad Irfan Lubis 
PENDAHULUAN
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%. 1
Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan life style atau gaya hidup.1  DM tipe 2 berperan pada lebih dari 90 persen kasus diabetes 2
Mengendalikan  Diabetes sangatlah penting dilaksanakan sedini mungkin, untuk menghindari biaya pengobatan yang sangat mahal. Bahkan semenjak anak-anak dan remaja, gaya hidup sehat dengan mengkonsumsi banyak sayur dan buah, membiasakan olah raga dan tidak merokok merupakan kebiasaan yang baik dalam pencegahan Diabetes Melitus. 1

DM TIPE 2
Resistensi insulin dan sekresi insulin yang abnormal merupakan sebab utama terjadinya DM tipe 2 sehingga Diabetes Melitus tipe 2 didefenisikan sebagai gangguan sekresi insulin, resistensi insulin, peningkatan produksi glukosa hati, dan gangguan metabolisme lemak. Resistensi insulin menyebabkan penurunan kemampuan insulin untuk bekerja pada target organ (khususnya otot, hati dan lemak), yang disebabkan oleh gangguan genetik, dan obesitas. Hal ini menyebabkan tidak masuknya glukosa ke dalam organ dan peningkatan produksi glukosa hati yang menyebabkan peninggian glukosa dalam darah (Schteingart, 2006). 3
Pada awalnya resistensi insulin masih belum bisa menyebabkan diabetes secara klinis karena sel beta pankreas masih dapat mengkompensasi keadaan ini dan terjadi suatu hiperinsulinemia dan glukosa darah masih normal atau baru sedikit meningkat. Kemudian setelah terjadi ketidaksanggupan sel beta pankreas akan terjadi diabetes melitus secara klinis, yang ditandai dengan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah (Soegondo, 2006). 3
Tidak seperti DM tipe 1 yang disebabkan penyakit autoimun, DM tipe 2 sangat erat kaitannya dengan faktor  life style atau gaya hidup, terutama diet dan olahraga. 2
HUBUNGAN  OLAHRAGA  DENGAN  DM TIPE 2 
Penelitian terakhir telah menempatkan olahraga dalam mencegah, mengendalikan dan membantu menterapi  diabetes karena dapat menurunkan resistensi insulin. Setelah menjalani latihan teratur, respon sel tubuh terhadap insulin dan pengambilan glukosa dari darah menjadi lebih baik. Olahraga juga membantu menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler (jantung-pembuluh sarah), kadar kolesterol dan lemak tubuh. Dan setiap penurunan 10 pon berat badan, akan terjadi perbaikan sensitivitas insulin sebesar 20 persen. 2,4

OLAHRAGA BAGI PENDERITA DM TIPE 2
Tabel 1. Analisis Jenis Latihan fisik dalam kaitanya dengan Patofisiologi Diabetes Jenis
Latihan Patofisiologi Diabetes Intervensi 5


Jenis Latihan
Patofisiologi
Diabetes
Intervensi
Anaerobik
Peningkatan kadar gula darah (DM
tipe 1 dan 2)

Latihan anaerobik memicu penggunaan
karbohidrat dalam sel otot skelet dengan jalan
meningkatkan transport glukosa non-nsulin
melewati mekanisme pemacuan glucose
transporter 4. (Thomas et.al: 2007)

Aerobik
Penurunan sensitivitas Insulin
pada reseptor akibat obesitas (DM tipe 2)









Komplikasi kardiovaskular (DM tipe 1 dan 2)
Latihan aerobik meningkatkan sparring
penggunaan lemak sebagai sumber energi.
Sensitivitas reseptor insulin dapat ditingkatkan karena penimbunan lemak pada membran sel
berkurang (De Feyter et.al: 2007)

Meningkatkan ketahanan kardiovaskular sehingga
menurunkan resiko gangguan kardiovaskular
(Zinman et.al: 2003).


 Perlu diperhatikan:
-          Aktivitas aerobik 30 menit dilanjutkan sampai 60 menit hampir setiap hari
-          Frekwensi Denyut Jantung  meningkat sampai 60-70 % Denyut Jantung istirahat
-          Meliputi pula pemansan dan pendinginan
-          Melibatkan otot- otot utama
-          Exercise harus dilakukan terus menerus.
-          Perlu latihan kekuatan
-          Penderita dengan masalah kaki disarankan menghindari lari
-          Gunakan sepatu yang baik
-          Jika menggunakan insulin, hindari olahraga saat KGD dibawah 100 mg% atau >250 mg%
-          Tidak menyuntikkan insulin pada otot yang akan digunakan
-          Hindari dehidrasi
   

2.      Fit Facts. The American Council On Exercise. Diambil dari URL:
http://www.acefitness.org/

 repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22453/.../Chapter%20II.pdf

  1. Kriska, Andrea. Physical Activity and the Prevention of Type II (Non–Insulin-Dependent) Diabetes . University of Pittsburgh. Originally Published as Series 2, Number 10, of the PCPFS Research DIGEST.
  2. Arovah, NI . Olahraga Terapi dan Rehabilitasi. Program Studi Ilmu Keolahragaan
Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Yogyakarta